Bausung Pangantin
Dahulu bausung pengantin ini hanya dilakukan oleh orang-orang dalam kalangan berada. Pasalnya untuk melakukan tradisi ini butuh biaya besar. Bausung pengantin dilakukan bersama iringan kesenian tradisional, seperti tari japin, hadrah, dan silat.
Upacara ini dapat dilaksanakan oleh seluruh masyarakat khususnya bagi mereka yang masih mencintai budaya Banjar Kandangan atau memiliki keturunan tradisi bausung.
Sejarah Tradisi Bausung Pengantin
Asal mula tradisi ini berada di Kandangan. Pada zaman dahulu, Prabu Judistira mempunyai anak bernama Dewi Sudiya yang dilamar oleh saudara sepupunya bernama Abimayu, anak Raden Arjuna. Prabu Judistira lantas menggelar pesta pernikahan mewah agar tidak 'kapingitan' karena anaknya menikah dengan saudara sepupunya sendiri. Kapingitan adalah sakit yang tidak jelas apa penyebabnya dan berlangsung lama jika tidak dapat bertemu dengan orang yang pandai mengobatinya.
Pernikahan Dewi Sudiya dan Abimayu digelar dengan bebarapa syarat. Pertama tempat tinggal Dewi Sudiya harus dirubah menjadi Balai Pengantin Griya Rana, yaitu rumah pengantin wanita yang dihias dengan mewah. Kedua, pada saat hari pernikahan harus membunyikan gong kerajaan. Ketiga, sebelum pengantin duduk di pelaminan, kedua pengantin harus diarak mulai dari keluar pintu rumah dengan cara diusung dan diiringi gamelan kerajaan. Sumber : Brisik.id
![]() |
| Source: @rizkyy_al_ #Wargabanua |
Sementara itu dibelakang arak-arakan pengantin diikuti pula tarian dan silat. Kala itu, orang yang mausung Dewi Sudiya dan Abimayu adalah 2 orang satria pilihan, yaitu Raden Gatotkaca dan Bambang Setyaki.

Posting Komentar untuk "Bausung Pangantin"
Berkomentarlah Dengan Bijak